Hidup di Jakarta, nggak Ada Fulus Akan Mampus

Hidup di ibukota tidak selamanya enak, apalagi mencari kerja, rada-rada susah. Setidaknya itu yang aku alami setelah beberapa hari menghirup udara Jakarta.

Aku baru menyelesaikan pendidikan di salah satu perguruan tinggi favorit di luar negeri, keinginanku untuk tinggal sementara waktu di Jakarta adalah cita-citaku sebelum kembali ke Indonesia, ketika masih di luar negeri, dengan harapan semoga hari-hariku nanti di Jakarta bisa kugunakan untuk mengaplikasikan ilmu yang telah kupelajari selama ini. Juga sebagai sarana bagiku untuk mengaktualisasikan diri lebih banyak, apalagi bidang yang kugeluti terbilang jarang, jurusan hadis.

Sebenarnya kalau aku punya uang, aku ingin langsung melanjutkan S2, namun karena melihat biaya yang relatif tinggi, belum lagi kebutuhan keluarga yang mesti aku penuhi, maka aku memutuskan untuk kerja dulu. Kebetulan bulan-bulan ini pendaftaran camaba belum buka atau kalaupun ada terlalu mahal bagiku, jadi aku gunakan waktuku untuk melamar di beberapa instansi atau lembaga yang bisa menerima pengalaman dan kemampuanku.

Ketika browsing di internet, aku menelusuri kemungkinan untuk kerja di instansi pemerintah atau perusahaan. Di antara sekian persyaratan yang ada, aku selalu terbentur dengan persyaratan bahasa inggris dan kemampuan di bidang IT. Sementara spesialisasi yang kudalami selama ini jauh dari harapan itu. Mungkin tidak berlebihan kalau aku bilang bahwa aku terlalu bermimpi untuk bisa kerja di perusahaan yang notabenenya membutuhkan sarjana-sarjana umum khususnya di bidang IT, Psikologi dan Bahasa Inggris. Tapi, itulah kenyataannya kawan, sampai sekarang aku belum dapat informasi lowongan kerja yang pas dengan spesialisasiku, atau pun kalau tidak sesuai dengan bidangku paling tidak aku mampu untuk melaksanakannya dengan dukungan pengalaman dan kemampuan organisasi yang selama ini juga kugeluti selain spesialisasi di bidang akademik.

Aku senang dengan hal-hal yang berkaitan dengan buku; dari proses buku itu diciptakan, suka duka menulis, proses editing, lay outing, tulisan masuk redaksi sampai buku diterbitkan. Aku pernah bermimpi semoga suatu saat nanti aku diberi kesempatan untuk berkecimpung di dunia perbukuan, jadi apapun diriku nanti. Dan dalam rangka itu pula aku berusaha hidup di kota ini, karena aku pikir kesempatan untuk mewujudkan cita-citaku lebih banyak. Mudah-mudahan Tuhan mendengar rintihanku.

Sampai sekarang aku masih menyisakan banyak PR untuk kulakukan dengan segera. Ntah kapan semua akan berlalu. Yang jelas aku akan terus berusaha. Semoga hirup pikuk Jakarta tidak membuatku terjebak, bahkan kehilangan kendali dan semoga aku tidak mampus karena tidak punya fulus hehe..

Sambil menonton film Robinhood di istana mungilku

Jakarta, 09/02/2009

0 komentar: