Ukhuwah Tanpa Batas

Saat ini, hardnews di koran lokal dan nasional lebih banyak mengangkat tema kriminal, pelanggaran HAM dan ketidakadilan sesama manusia. Pembunuhan, penganiyaan, pelecehan seksual dan korupsi adalah berita yang hampir tiap hari menjadi hotline media massa harian di tanah air. Lantas, kenapa ini bisa terjadi? Ternyata, selain krisis moneter dan moral yang melanda Indonesia, bangsa ini juga dilanda krisis ukhuwah (persaudaraan) antar sesama manusia. Sehingga tak jarang teman jadi lawan. Hidup tidak tenang karena banyak musuh disana-sini. Padahal, dalam kehidupan global, kita membutuhkan ukhuwah untuk memperoleh teman sebanyak-banyaknya.

Meminjam istilah para ekonom "Dengan modal yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan yang sebanyak-banyaknya". Ini juga bisa dijadikan rumus kehidupan. Tidak cukup hanya kita yang berjuang. Suatu saat pasti akan butuh orang lain. Kalau kita membatasi diri dalam bergaul, maka hidup ini jadi gersang, jauh dari keceriaan dan akhirnya kita merasakan kesepian yang berkepanjangan. Namun, ketika kita mampu memanfaatkan setiap momen dalam kehidupan kita untuk mencari teman atau saudara sebanyak-banyaknya, maka disitulah keuntungan kita sebagai manusia sosial yang aktif dan peka terhadap lingkungan. Sehingga akan selalu ada yang datang kepada kita disaat suka dan duka, sedih dan senang. Karena kita telah menjadikan orang lain penting di mata kita dan masih menganggap mereka sebagai saudara.

Salah satu kunci sukses dalam pergaulan global saat ini adalah banyak teman dan sedikit lawan. Orang yang hanya mencari lawan akan tersingkir dari dunia pergaulan, sebaliknya yang pintar bergaul, akan tetap eksis. Kondisi ini harus disadari agar predikat kita sebagai manusia sosial bisa tercapai. Bukan mengada-ngada, sekarang ini banyak orang ‘kehilangan teman’ karena tidak pintar bergaul dengan orang lain, terlalu bangga dengan komunitas sendiri dan tidak memandang penting orang lain. Sebab tidak ada yang jamin bahwa kita bisa hidup tanpa orang lain, pasti akan butuh uluran tangan dan bantuan orang lain apapun wujudnya.

Dalam kehidupan sosial masisir, kita sering mengabaikan ukhuwah. Padahal mayoritas mahasiswa dan masyarakat Indonesia di Mesir ini adalah pelajar yang notabenenya umat Islam. Terkadang kepentingan kelompok mengalahkan nalar sehat kita sebagai kaum pelajar. Sehingga sering terjadi bentrok kepentingan dan bentrok fisik. Terlepas dari permasalahan siapa yang memulai, tapi mari kita jeli dengan terma ini. Jangan sampai hanya karena kepentingan kelompok, golongan dan partai sehingga kita jauh dari saudara-saudara yang lain. Jangan sampai bertahun-tahun di Mesir, kita hanya mengenal teman sekampung saja. Kita tidak pernah berbaur dengan kegiatan mahasiswa, bahkan tidak mengenal orang lain selain yang ada di rumah kita. Sangat ironis!

Banyak permasalahan antar masisir tidak selesai secara tuntas. Salah satu sebabnya karena kurang sadarnya pihak-pihak yang terlibat dalam menciptakan interaksi yang sehat dan kondusif. Fenomena ini kalau dibiarkan bisa menjadi bom molotov yang akan meledak sewaktu-waktu. Sehingga akan berimbas kepada kerenggangan hubungan interaksi dan ukhuwah antar masisir. Dalam bahasa penulis, nilai-nilai ukhuwah antar masisir akan terkikis. Ditambah lagi, penghayatan kita terhadap makna ukhuwah dan urgensinya dalam pergaulan global sangat minim, jadi wajar ketika terjadi perseteruan, seringkali yang ditonjolkan adalah kepentingan kelompok dan golongan.

Ukhuwah dalam Islam sangat universal, tidak dibatasi sekat-sekat kedaerahan, golongan dan kepentingan. Semata-mata karena kesamaan ideologi. Ideologi tentang Tuhan yang Esa dan Muhammad adalah utusan-Nya. Yang sering disebut iman. Iman inilah yang menjadi pondasi kuat dalam ukhuwah umat Islam. Sehingga dari negara manapun kita, lahir dari keluarga apapun, punya status sosial serendah apapun, selama kita muslim maka kaum muslimin yang lain akan menganggap kita sebagai saudara. Inilah keunikan persaudaraan dalam Islam yang tidak dimiliki oleh agama lain. Ukhuwah tanpa pamrih. Ukhuwah yang dibingkai dengan manisnya iman dan takwa seorang hamba kepada tuhannya.

Rasulullah Saw. telah memberikan suri tauladan dalam mempersaudarakan kaum muslimin di awal-awal risalah kenabian. Lihatlah, betapa indahnya ukhuwah antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar, sehingga dicatat dalam sejarah dan diabadikan dalam Alquran. Mereka membina ukhuwah bukan semata-mata kesamaan suku bangsa Arab, bukan karena didorong kepentingan materi agar cepat kaya, tapi mereka menjalin ukhuwah karena iman dan takwa kepada Allah Swt. yang tertanam kokoh dalam sanubari mereka. Sehingga mereka rela mengorbankan harta dan jiwa bahkan kesenangan yang paling mereka cintai demi kebahagiaan saudaranya. Subhanallah.

Ukhuwah tanpa batas tidak akan tercipta jika kita masih apatis dengan lingkungan kita, tidak menghayati makna ukhuwah dan urgensinya dalam pergaulan global. Oleh karena itu, mari kembali mengkaji ajaran agama kita agar bisa mengaktualisasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.

0 komentar: