Menjadikan Baruga "Rumah Kita"


Memiliki rumah sendiri adalah dambaan setiap orang. Rumah bisa menjadi sumber kebahagiaan, namun tak jarang jadi neraka bagi penghuninya. Ia mampu menjadi inspirasi dan lahan dedikasi, namun tak jarang jadi "bulan-bulanan" penghuninya ataupun orang lain yang berkunjung kesana karena tidak paham fungsinya. "Rumahku Syurgaku" adalah slogan yang sering kita dengar bahkan sering kita kampanyekan ke keluarga kita, namun sangat susah untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Rumah tak ubahnya seperti neraka, yang membuat kita tidak tenang, selalu ingin pergi meninggalkannya, dan membuat pikiran kita tidak mood sepanjang hari. Kuncinya, semua kembali kepada kita. Kita mau mendesign dan menjadikan seperti apa rumah kita? Semakin pintar kita menata rumah kita, menertibkan barang-barang yang berantakan dan menjaga kebersihannya, maka rumah kita akan semakin indah, bersih, enak dipandang mata, dan orang tidak sungkan untuk mampir kesana walaupun sekedar nonton TV.

Itulah yang terjadi dengan rumah kita saat ini, Baruga Sulawesi. Ia sedang sakit. Ya, Baruga kita sakit. Ntah siapa yang paling bertanggung jawab dengan manajemennya saat ini? Kita tidak usah dulu berbicara siapa Direktur Baruga? Siapa yang membersihkan dapur dan kamar mandi? Bagaimana menata ruangan tetap bersih dan enak dipandang? Apa kekurangan Baruga saat ini? Karena selama manajemen Baruga tidak jelas, maka jangan terlalu berharap Baruga bisa bersih dan tertata rapi.

Penulis sudah hampir 2 tahun lebih tinggal di Baruga walaupun sebenarnya bukan penghuni tetap, tahun 2006-2007, 2007-2008 dan 2008 sampai sekarang. Penyakit yang paling kronis yang diderita Baruga adalah kurangnya kesadaran anggota dalam merawat Baruga. Beberapa contoh kasus yang sering penulis perhatikan, pertama, kamar mandi jarang dibersihkan, padahal idealnya seminggu sekali kamar mandi dibersihkan, maka jangan heran kalau anda melihat dinding kamar mandi yang dulunya putih bersinar sekarang sudah berubah jadi kuning. Kedua, kondisi dapur yang tidak terurus. Dulu kita masih masak di dapur dalam (dekat kamar mandi), tapi letaknya kurang bagus karena bau masakan sering mengganggu ketika ada acara, dan akhirnya dipindahkan ke ruangan belakang, namun kondisinya juga memprihatinkan. Ketiga, hampir setiap selesai acara besar KKS , kondisi Baruga sangat kotor dan baru dibersihkan 2-3 hari setelahnya bahkan pertama dibersihkan seminggu setelah acara berlangsung. Bisa dibayangkan bagaimana baunya. Keempat, manajemen peminjaman Baruga berubah-ubah. Sampai saat ini belum ada aturan tertulis tata tertib peminjaman Baruga, dan setiap periode berubah kebijakannya. Alangkah lebih bagusnya, kalau manajemennya sudah mulai ditata kembali, termasuk peminjaman ruangan-ruangannya baik untuk kegiatan maupun penginapan.

Sebenarnya masih banyak persoalan Baruga yang belum selesai sampai sekarang. Seyogyanya, yang punya kebijakan dengan rumah ini segera mungkin untuk menata kembali Baruga kita. Penulis tidak bisa mengatakan bahwa yang paling bertanggung jawab dengan semua ini adalah penghuni tetap disana karena memang tidak ada penghuni tetapnya, yang ada hanya "penghuni transit" yang menginap kapan saja dia mau dan tidak punya tanggung jawab dengan kondisi Baruga. Hal ini juga perlu diperjelas keberadaannya. Sama halnya, penulis tidak bisa mengandalkan pengurus tahun ini yang notabenenya mengurusi semua keperluaan KKS termasuk Baruga, karena agenda KKS juga banyak dan butuh perhatian serius dari pengurus.

Namun penulis sangat berharap semua anggota sudi memikirkan kebersihan dan ketertiban Baruga, lebih khusus mereka yang sering memakai Baruga baik untuk keperluan almamater maupun pribadi. Bagaimanapun juga Baruga adalah wajah kita. Baruga adalah rumah kita. Indahnya wajah tergantung perawatannya. Sense of belonging anggota terhadap Baruga harus tetap ada. Tidak membiarkan Baruga jorok dan berantakan serta tidak meninggalkan Baruga dalam keadaan kotor. Wallahu A'lam.

0 komentar: